Selasa, 01 Juni 2010

Artikel Pemilu


Cermin sebuah kepemimpinan

pada masa shalafusshalih

dan era kini**


Dikisahkan bahwa suatu hari Umar bin Khattab berkata : sungguh aku tidak pernah ingin menjadi seorang pemimpin karena takut tidak bisa memberikan pertanggung jawaban kelak di depan tuhan, akan tetapi pernah pada suatu malam aku sangat bermimpi menjadi seorang pemimpin dengan membawa panji islam, namun hal ini bukan lahir dari insting pribadi melainkan karena aku mendengar nabi bersabda : ” esok saat peperangan aku akan menyerahkan panji islam pada seorang pemimpin yang mencintai Allah dan Rasulnya, begitu pula sebaliknya, Allah dan Rasul sangat cinta pada dia, tidak hanya itu saja nilai plusnya tapi ia akan dianugrahi tempat yang istimewa oleh pemilik semesta alam yaitu berupa istana di surga dan menjadi tetangga terdekatku ”

Maka berangkat dari sabda itulah sang sahabat yang dijuluki al faruq sangat terobsesi menjadi pembawa panji islam sampai berdoa penuh air mata demi mendapatkan predikat hubb wa mahbub dari Allah dan Rasulnya.

Sayang beribu sayang, ternyata sabda Rasulullah Muhammad tidak ’menimpa’ Umar, melainkan jatuh ketangan sahabat dekatnya yaitu Ali bin Abi Thalib, seorang sahabat yang tidak hanya lihai dalam memainkan pedang tapi lihai pula dalam memainkan pena sehingga beliau mendapat gelar Baabul Ilm

Dari kisah ini tentunya kita bisa menarik kesimpulan bahwa beliau sangat hati – hati dalam mengarungi samudra kehidupan sampai dalam masa hidupnya tidak pernah menginginkan menjadi orang nomer satu sebab begitu berat pastinya beban yang akan dipikul, apalagi menyangkut masalah ummat

Nah, bila kita renungi qishah ini, sudah pasti sebagai generasi yang berilmu kita akan mampu membedakan karakter luhur yang dicerminkan oleh shalafusshalih dengan naluri masyarakat era kini yang penuh dengan nilai – nilai duniawi belaka tanpa peduli pada hasil akhir yang akan dipetik bahkan tidak menilai munaqasah di depan tuhan kelak

Telah menjadi rahasia umum bahwa seorang kandidat pemimpin pada era kini melakukan segala cara untuk saling menjatuhkan pesaingnya baik dengan cara ’putih’ maupun ’hitam’ sehingga tidak salah bila peneliti barat mengatakan bahwa dalam usaha meraih kemenangan, seorang kandidat mesti melakukan unsur – unsur seperti : black campaign, money politik, door to door provocation hingga give a sweet moment pada rakyat yang menjadi target dalam meraup suara maksimal

Dalam fenomena ini yang lucu adalah rakyat yang merupakan ’raja’ ketika ada pesta demokrasi ikut – ikutan melakukan tindakan konyol dengan mau di politisi oleh para calon tersebut, seperti contoh ketika rakyat memilih tidak dengan hati nuraninya sendiri demi terbentuknya masyarakat madani dengan mencoblos calon pemimpin yang paling banyak memberikan ’amplop’ pada mereka, padahal mereka semua mengetahui bahwa tindakannya sangatlah tercela bahkan tidak sedikit yang faham dalil sabda Rasul : ” orang yang memberikan sogok dan menerima sogok adalah penghuni neraka ”

Intinya, bagaimana bangsa ini menjadi lebih baik bila segala cara digunakan untuk kepentingan sepihak belaka?

Mahasiswa sebagai pengemban amanah dan sangat lekat dengan istilah agent of change dan agent of sosial tentunya memiliki rasa tanggung jawab serta peduli pada keadaan yang semakin ora karu – karuan ini dengan mengubah tradisi yang sudah sangat mengakar dalam tubuh negeri tercinta Indonesia

Maka dalam hal ini sepertinya sangat layak bila saya qiaskan petuah dari Imam Syafi`i sebelum beliau berangkat thalabul ilm, Yakni : sebuah air yang ada dalam bak mandi akan mengeruh dan tak enak dipandang bila air tersebut tidak mengalir.

Artinya kita sebagai mahasiswa yang berilmu sangat wajib mengamalkan ilmu yang kita miliki untuk mengubah kemiskinan moral dan sosial pada negeri ini agar tercipta keadaan yang menjadi cita – cita luhur patih gajah madha gemah ripah loh jinawi dan menjadi pengamal tridharma perguruan tinggi seperti belajar, meneliti (baca : mengamati keadaan ) dan mengabdi pada masyarakat





**Abdullah Hanani, Aktifis HMI Fak. Adab yang selalu melangkah dengan sandal jepit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar