Selasa, 22 Juni 2010

Tafakkur


Kedamaian ? Hampir Tertangkap Mimpi


“ Tanah itu menangis padahal dahulu kala di sanalah Ibrahim As tumbuh besar, tanah itu bersedih padahal dialah saksi kejayaan Muhammad SAW bersuka cita menyambut perintah Tuhan melalui Aqsa”

Kata yang sangat indah bila digunakan untuk mengingat keberhasilan para anbiya` melalui perjuangannya yang selalu tak luput dari Palestina
Namun sekarang Bumi para Nabi itu justru menjadi ajang penampilan ‘kembang api’ bom, nuklir, rudal dan senjata pemusnah lainnya

Wa lan tardlo `anka al yahuud wa lan nashara hatta tattabi`a millatahum, sepertinya Firman Allah ini sangat tepat jika digunakan untuk menguak misteri pertikaian yang tidak pernah selesai antara Palestina dan Israel

Sebab konflik yang terjadi bukan semata-mata karena politik pemerintah Israel dan HAMAS saja namun misteri perebutan bait al maqdis yang merupakan tempat suci bagi Muslimin dan agama Yahudi-Nasrani juga merupakan misi terpendam dari kubu masing-masing
Bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina di blokade, Aina jundul muslimiin
akankah Perdamain hampir tertagkap mimpi di Bumi mulia itu?


Abdullah Hanani Basyayef

Opini

Save Our Palestine*



Saya teringat ketika setelah beberapa saat berita tentang penyerangan kapal misi kemanusiaan untuk Gaza "Mavi Marmara" yang diserang dengan membabi buta oleh militer Israel dengan berujung terlukanya beberapa relawan, ditawan, bahkan di bunuh. Tiba-tiba sebuah pesan singkat dari teman sekolah saya masuk ke inbox HP, dia menanyakan tanggapan dan langkah apa yang akan saya lakukan setelah mendengar berita yang memilukan tersebut?. Saya terdiam sejenak, seakan belum paham mengapa tiba-tiba dia bertanya seperti itu?. Lalu setelah larut merenung saya tertunduk malu, mungkin tujuan teman saya hanya ingin tahu apa yang dilakukan seorang mahasiswa yang kata orang sangat kritis, dinamis, dan kreaktif.

Kejadian di Gaza, Palestina adalah kejadian yang menjadi sorotan internasiaonal, banyak kalangan mengecam tragedi tersebut yang konon telah berlangsung di Palestina sejak 2006 bahkan sebelum itu. Namun dunia internasional hanya bisa mengecam tanpa mampu melakukan langkah konkret menstop kebrutalan zionis Israel di Gaza tersebut

Israel mengklaim perbuatan mereka diizinkan oleh undang - undang internasional, denagn dalih "karena itu, sesuai hukum internasional" ungkap Menlu Israel Yighal Palmor. Sikap tidak senonoh ini dilanjutkan sengan menolak seruan PBB untuk diadakan penyelidikan terhadap penyerbuan itu.

Perlu kita ketahui mengapa Israel sangat ‘bernafsu’ membungi haguskan Palestina? Kurang lebih ada empat tujuan mereka. Pertama, adalah menghancurkan HAMAS (fraksi islam garis keras di Palestina), sebuah tujuan yang betul-betul tidak realistis. Bahkan HAMAS dicap teroris oleh mereka. Kedua, adalah untuk kepentingan pemilu di Israel. Penyerangan di Gaza juga dilakukan untuk menolong Kadima dan sebuah usaha untuk mengalahkan Likud dengan pemimpinnya Benyamin Netanyhu, yang baru-baru ini mendapatkan suara terbanyak. Ketiga, berkaitan dengan militer, terutama Setelah rasa malu yang diterimanya saat memerangi Libanon selama musim panas tahun 2006, maka Israel telah berusaha mencari kesempatan untuk kembali dengan membangun kekuatan global. Keempat, usaha mereka untuk menghentikan diluncurkannya roket Qassam ke wilayah kota di bagian selatan Israel. Sebenarnya empat tujuan ini hanyalah topeng mereka saja.

Maskipun begitu alasan mereka sungguh tak dapat diterima karena mereka mengutamakan kepentingannya sendiri yang buram di mata dunia dengan cara menghancurkan, mengebom, meblokade, dan melarang masukya bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza. Mereka tak melihat sisi kemanusian, bagaimana dengan masa depan rakyat Gaza?. Maka lazimlah bila Sekarang Gaza disebut sebagai "penjara" terbesar didunia.

Berbagai dampak buruk pemblokiran tampak dalam kehidupan masyarakat Gaza secara sosial dan ekonomi. Kekurangan sandang, pangan, ketiadaan tempat tinggal, minus listrik dan air bersih, sekolah-sekolah yang rata dengan tanah, kehilangan pekerjaan dan rasa aman – tidak ada jaminan keselamatan jiwa, mewarnai kehidupan warga Gaza sehari-hari.

Sampai sekarang tak ada seorangpun yang bisa menghentikan tragedi tersebut walaupun aksi solidaritas dilakukan oleh beberapa kalangan agamis, nasionalis dan termasuk pula datang dari mahsiswa, namun semua itu toh tak mengubah sikap zionis Israel. sampai PBB yang didirikan untuk menciptakan perdamaian dunia tidak mampu meredamnya.

Maka sebagai peutup tulisan ini, kita perlu mengamini pendapat Din Syamsuddin yang merupakan Ketua prakarsa persahabatan Indonesia-Palestina yakni , ”sikap Indonesia tidak cukup hanya dengan memprotes atau mengutuk kekejaman Israel, tetapi harus diwujudkan dalam langkah yang lebih efektif untuk menimbulkan efek jera terhadap Israel.”


*) Muhammad Sholeh al-Ihsany, Aktivis HMI Fak. Adab yang selalu berkarya dengan senyuman

Jumat, 18 Juni 2010

graduation....

keluarga besar HMI Komisariat Adab Sunan Ampel Surabaya mengucapkan selamat atas suksesnya acara BIMTEST `10 yang di pimpin oleh kawan Muhyiddin dari Fakultas Adab

Selasa, 01 Juni 2010

Artikel Pemilu


Cermin sebuah kepemimpinan

pada masa shalafusshalih

dan era kini**


Dikisahkan bahwa suatu hari Umar bin Khattab berkata : sungguh aku tidak pernah ingin menjadi seorang pemimpin karena takut tidak bisa memberikan pertanggung jawaban kelak di depan tuhan, akan tetapi pernah pada suatu malam aku sangat bermimpi menjadi seorang pemimpin dengan membawa panji islam, namun hal ini bukan lahir dari insting pribadi melainkan karena aku mendengar nabi bersabda : ” esok saat peperangan aku akan menyerahkan panji islam pada seorang pemimpin yang mencintai Allah dan Rasulnya, begitu pula sebaliknya, Allah dan Rasul sangat cinta pada dia, tidak hanya itu saja nilai plusnya tapi ia akan dianugrahi tempat yang istimewa oleh pemilik semesta alam yaitu berupa istana di surga dan menjadi tetangga terdekatku ”

Maka berangkat dari sabda itulah sang sahabat yang dijuluki al faruq sangat terobsesi menjadi pembawa panji islam sampai berdoa penuh air mata demi mendapatkan predikat hubb wa mahbub dari Allah dan Rasulnya.

Sayang beribu sayang, ternyata sabda Rasulullah Muhammad tidak ’menimpa’ Umar, melainkan jatuh ketangan sahabat dekatnya yaitu Ali bin Abi Thalib, seorang sahabat yang tidak hanya lihai dalam memainkan pedang tapi lihai pula dalam memainkan pena sehingga beliau mendapat gelar Baabul Ilm

Dari kisah ini tentunya kita bisa menarik kesimpulan bahwa beliau sangat hati – hati dalam mengarungi samudra kehidupan sampai dalam masa hidupnya tidak pernah menginginkan menjadi orang nomer satu sebab begitu berat pastinya beban yang akan dipikul, apalagi menyangkut masalah ummat

Nah, bila kita renungi qishah ini, sudah pasti sebagai generasi yang berilmu kita akan mampu membedakan karakter luhur yang dicerminkan oleh shalafusshalih dengan naluri masyarakat era kini yang penuh dengan nilai – nilai duniawi belaka tanpa peduli pada hasil akhir yang akan dipetik bahkan tidak menilai munaqasah di depan tuhan kelak

Telah menjadi rahasia umum bahwa seorang kandidat pemimpin pada era kini melakukan segala cara untuk saling menjatuhkan pesaingnya baik dengan cara ’putih’ maupun ’hitam’ sehingga tidak salah bila peneliti barat mengatakan bahwa dalam usaha meraih kemenangan, seorang kandidat mesti melakukan unsur – unsur seperti : black campaign, money politik, door to door provocation hingga give a sweet moment pada rakyat yang menjadi target dalam meraup suara maksimal

Dalam fenomena ini yang lucu adalah rakyat yang merupakan ’raja’ ketika ada pesta demokrasi ikut – ikutan melakukan tindakan konyol dengan mau di politisi oleh para calon tersebut, seperti contoh ketika rakyat memilih tidak dengan hati nuraninya sendiri demi terbentuknya masyarakat madani dengan mencoblos calon pemimpin yang paling banyak memberikan ’amplop’ pada mereka, padahal mereka semua mengetahui bahwa tindakannya sangatlah tercela bahkan tidak sedikit yang faham dalil sabda Rasul : ” orang yang memberikan sogok dan menerima sogok adalah penghuni neraka ”

Intinya, bagaimana bangsa ini menjadi lebih baik bila segala cara digunakan untuk kepentingan sepihak belaka?

Mahasiswa sebagai pengemban amanah dan sangat lekat dengan istilah agent of change dan agent of sosial tentunya memiliki rasa tanggung jawab serta peduli pada keadaan yang semakin ora karu – karuan ini dengan mengubah tradisi yang sudah sangat mengakar dalam tubuh negeri tercinta Indonesia

Maka dalam hal ini sepertinya sangat layak bila saya qiaskan petuah dari Imam Syafi`i sebelum beliau berangkat thalabul ilm, Yakni : sebuah air yang ada dalam bak mandi akan mengeruh dan tak enak dipandang bila air tersebut tidak mengalir.

Artinya kita sebagai mahasiswa yang berilmu sangat wajib mengamalkan ilmu yang kita miliki untuk mengubah kemiskinan moral dan sosial pada negeri ini agar tercipta keadaan yang menjadi cita – cita luhur patih gajah madha gemah ripah loh jinawi dan menjadi pengamal tridharma perguruan tinggi seperti belajar, meneliti (baca : mengamati keadaan ) dan mengabdi pada masyarakat





**Abdullah Hanani, Aktifis HMI Fak. Adab yang selalu melangkah dengan sandal jepit

Renungan**


Seruan para calon walikota semakin gencar disertai pemberian semangat pada calon pendukungnya, banyak sekali partisipasi yang dilakukan oleh calon untuk menarik simpati rakyat seperti memberikan janji bila menang dan menyediakan fasilitas umum sampai ada pula yang memberikan uang atau yang sering disebut dengan Money politic

“Jangan lupa tanggal 2 juni coblos no …, maupun ungkapan - ungkapan yang penting coblos no….” merupakan teriakan manis yang sering dilontarkan para calon saat kampanye

Yang jelas semua kandidat menginginkan kemenangan dengan tujuan memimpin, berkuasa atau bahkan hanya demi mencari penghasilan belaka. Pada hakikatnya kita (baca: masyarakat) belum mengetahui secara pasti tujuan utama mereka. Nah, bagaimana dengan kita terlebih lagi bila diukur dengan nilai akademisi sebagai mahasiswa?


**Prawesti Rahayu, Pimred Buletin Mediasi HMI Adab Sunan Ampel Surabaya